JAKARTA – Menjelang pemilihan umum 2019 yang akan segera diselenggarakan yang akan diselenggarakan pada 17 April 2019, hadir fenomena hoaks dan ujaran kebencian yang tidak luput dalam dunia politik. Hoaks di dunia politik berbahaya karena bertujuan untuk mempengaruhi persepsi publik terhadap pilihan mereka. Celakanya, banyak pihak yang justru menggunakan asas kebebasan berpendapat untuk menyuburkan hoaks. Tentu hal ini dapat berpengaruh besar pada pemilih pemula dalam menerima informasi, karena tidak banyak dari golongan tersebut yang mau untuk menili ulang kebenaran pemberitaan yang tersebar.
Berita hoaks dengan judul bombastis akan memicu pembaca untuk menyebarkannya. Ditambah dibakar oleh algoritma mesin-mesin platform media sosial yang menciptakan efek “ruang gema”, sehingga penyebarannya cepat meluas ke berbagai lapisan masyarakat. Penelitian Massachusetts Institute of Technology menyatakan bahwa berita bohong yang tersebar melalui jejaring Twitter dapat tersebar 10 hingga 20 kali lebih cepat daripada fakta (Dizikes, 2018).
Dilatarbelakangi dari fenomena tersebut, Roadshow #SemaiDamai di selenggarakan oleh Siberkreasi diselenggarakan di empat kota, yaitu: Palembang, Bandung, Banyuwangi, dan Denpasar. Serangkaian acara ini didukung oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika dan ICT Watch; berkolaborasi dengan Relawan TIK, Torch Media, PANDI, Internet Governance Forum Indonesia, serta mitra lokal antara lain: Sobat Literasi Jalanan Palembang, Universitas Bina Dharma Palembang, Diskominfo Kota Bandung, Universitas Islam Bandung, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, STMIK Primakara Denpasar, Bale Bengong Denpasar.
Roadshow #SemaiDamai diawali di Palembang pada tanggal 10-11 Februari 2019 dan berlanjut setiap minggu di tiga wilayah berikutnya, yaitu: kota Bandung (17-18 Februari), Banyuwangi (24-25 Februari), dan Bali (3-4 Maret). Kegiatan selama dua hari ini diisi dengan aktivitas Ular Tangga Literasi Digital pada car free day hari Minggu pagi, setelah itu dilanjutkan dengan Diskusi Santai pada Minggu sore, kemudian ditutup dengan Seminar Nasional dan Pelatihan Pandu Digital pada hari Senin keesokan harinya.
“Kami menyelenggarakan kegiatan ini dalam momentum Safer Internet Day yang diperingati secara global setiap Februari. Selain itu, dalam waktu dekat ini Indonesia akan menyelenggarakan pemilu dengan lima juta pemilih pemula serta 42 juta pemilih dari kelompok usia generasi milenial. Kelompok usia generasi Z dan milenial juga merupakan pengguna Internet dan media sosial paling banyak, sehingga kami melihat perlunya memfokuskan kegiatan literasi digital bagi anak muda,” terang Indriyatno Banyumurti selaku koordinator acara.
Hoaks yang paling sering ditemui di media sosial Indonesia bertema politik, Kementrian Komunikasi dan Informatika mengidentifikasi sejak Agustus 2018 hingga Februari 2018 berjumlah total 771 hoaks, 180 diantaranya adalah hoaks yang bermuatan politik. Dibandingkan dengan jenis hoaks yang lain, hoaks politik tergolong berbahaya karena bertujuan untuk mempengaruhi persepsi publik dan dampaknya dapat langsung terasa di tengah-tengah masyarakat. Apalagi algoritma mesin-mesin platform media sosial bakal menciptakan efek “ruang gema”. Internet dan media sosial mampu mengumpulkan semua orang yang satu pola dalam pemikiran, satu kepercayaan, satu agama, bahkan ke tahap yang ekstrem hingga bermuara pada tindak intimidasi seperti ujaran kebencian.
Saat membuka Seminar dan Lokakarya Pandu Digital “Literasi Digital Untuk Pemilu Damai (mengikis hoaks)”, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengungkapkan “Saat ini ribuan berita hoaks disebarkan lewat media sosial setiap hari. Generasi muda harus bisa menyaring informasi yang diterima. Caranya, ya meningkatkan literasi kita, perbanyak wawasan. Kalau dapat informasi yang tidak jelas sumbernya, jangan ikut menyebarkan.”
Selain itu, saat mendiskusikan dalam Seminar dan Lokakarya Pandu Digital Bali di kampus STMIK Primakara, Denpasar, Anggota KPU Bali, I Gede John Darmawan menyebut bahwa hoaks tahun ini jauh lebih banyak dibanding Pemilu 2014. “Pemilu sebelumnya menyerang peserta tapi tahun ini ada upaya merusak kandang. Yang diserang penyelenggara Pemilu,” sebutnya.
Dengan terus berkembangnya teknologi dan akses ke media sosial dewasa ini ialah sebuah keniscayaan. Maka guna mengurai masalah penyebaran hoaks, solusi paling kentara adalah dengan meningkatkan kompetensi pengguna Internet dan media sosial melalui kegiatan tatap muka seperti diskusi, pelatihan, seminar, hingga edukasi dengan pendekatan populer berupa permainan ular tangga. Setelah rangkaian Roadshow Literasi Digital #SemaiDamai, Siberkreasi akan segera menyelenggarakan roadshow pelatihan bagi kreator konten bertajuk “School of Influencer”.